Danau Toba bukan hanya sekedar letusan gunung berapi ratusan ribu tahun yang lalu, namun jauh dari itu, danau Toba merupakan karya Tuhan yang pesona alamnya tak akan kita jumpai di belahan bumi manapun. Bagi masyarakat Batak, danau Toba adalah warisan leluhur yang akan terus melekat dan tak terpisahkan dari identitas Batak itu sendiri. Selain itu, masyarakat Batak hingga kini percaya bahwa danau Toba menjadi tempat bersemayamnya tujuh dewi suku Batak atau yang biasa disebut dengan Namborru.
Dari beberapa literatur yang terkonfirmasi, gunung toba telah meletus sebanyak tiga kali:
Para ilmuan memperkirakan bahwa letusan gunung Toba menghasilkan ledakan supervulkanik dengan skala sekitar 8.0 Volcanic Explosivity Index (VEI). Jika dibandingkan dengan ledakan bom nuklir di Hiroshima dan Nagasaki yang memiliki daya ledak 0,015 megaton TNT, dan letusan gunung Krakatau berdaya ledak 150 megaton TNT, letusan gunung Toba diperkirakan berdaya ledak 26000 megaton TNT dan mampu menghancurkan area Sumatra seluas sekitar 20.000 km2.
Letusan terakhir gunung Toba memuntahkan lebih dari 1000 kilometer kubik material letusan dengan ketingian letusannya mencapai 50 km. Material abunya menyebar ke seluruh atmosfer bumi hingga menutupi cahaya matahari yang masuk ke bumi selama beberapa tahun. Akibatnya temperatur bumi saat itu menjadi turun sampai 3-5 derajat celcius.
Selain menghasilkan tsunami yang besar, letusan gunung Toba juga mengakibatkan kematian masal manusia dan beberapa spesies mahluk hidup lainnya. Dari beberapa hasil penelitian oleh para ahli, letusan gunung ini diduga menyusutkan lebih dari 60% populasi manusia saat itu, yaitu sekitar 60 juta jiwa.
Dugaan ini didasarkan atas dua hal. Pertama, material abu yang jatuh ke seluruh dunia telah menimbun sebagian habitat manusia. Kedua, tidak adanya cahaya yang masuk menyebabkan tidak terjadinya fotosintesis tumbuhan. Hal ini berimbas pada langkanya bahan makanan sehingga mengakibatkan kelaparan dahsyat yang berujung pada kematian masal.
Setelah meletus, gunung ini membentuk kaldera yang kemudian terisi air dan akhirnya menjadi danau terbesar di dunia. Danau inilah yang kenal dengan nama Danau Toba.
Terakhir kali saya berkunjung ke danau Toba pada tahun 2013, namun keelokan yang terpancar tidak terlupakan hingga saat ini. Pesona alamnya menyadarkan kita bahwa ternyata dibalik musibah yang dahsyat sekalipun ada hikma yang kita terima. Letusan gunung Toba ratusan ribu tahun lalu ternyata menghasilkan pesona alam yang luar biasa.
Kukira Tuhan hanya tersenyum waktu menciptakan tanah Sunda. Rupanya Dia menciptakan Danau Toba bahkan dengan tawa ceria - Vicky Sianipar.Sebelum para ilmuan mengkonfirmasi bagaimana danau Toba itu terbentuk melalui penelitian ilmiah, masyarakat setempat memiliki cerita sendiri yang sangat unik. Bahkan mitos danau toba sudah berulang kali ditayangkan di siaran televisi bahkan dulunya tidak sedikit yang menganggap cerita rakyat tersebut adalah sebuah kebenaran asal usul danau Toba. Tetapi seiring berkembangnya teknologi informasi, cerita tersebut kini dianggap sudah tidak laku karena literasi yang membentuk pola pikir masyarakat menjadi sangat kritis.
Mitos asal mula terbentuknya danau Toba
Jaman dahulu hiduplah seorang petani disebuah desa, pemuda ini bernama Toba. Selain bertani, pemuda ini selalu menyempatkan waktu untuk memancing ke sungai yang tidak jauh dari ladangnya.
Suatu hari Toba pergi ke sungai untuk memancing selepas mengerjakan ladangnya. Tidak seperti biasa, hari itu Toba sangat jengkel karena sudah sekian lama tak satupun ikan yang memakan umpan pancingnya. Karena merasa kesal, akhirnya Toba berniat untuk menyudahi pancingannya. Tapi siapa sangka, ketika hendak menarik pancingannya ternyata ada seekor ikan besar yang memakan umpan. Lalu dengan hati gembira, Ia membawa hasil pancingannya tersebut ke rumah untuk dimasak.
Setelah sampai di rumah, Toba meletakkan ikan itu di dapur lalu pergi ke hutan untuk mencari kayu bakar. Namun mengejutkan, usai kembali dari hutan, Toba melihat ikan tersebut sudah tidak ada lagi ditempatnya dan ditemukannya kepingan emas di dapur. Dengan rasa penasaran Toba mencoba memeriksa seisi rumah dan akhirnya ia melihat gadis cantik didalam kamar sedang berkaca. Gadis itupun menceritakan kepada Toba bahwa dia adalah tidak lain dari seekor ikan yang ia dapatdari sungai.
Setelah beberapa minggu, Toba berniat melamar wanita itu untuk dijadikan seorang istri. Wanita itu memberikan syarat kepada Toba apabila ingin menikahinya. Persyaratan itu tidak lain adalah sumpah bahwa seumur hidupnya dia tidak akan pernah mengungkit asal usul istrinya myang menjelma dari ikan. Setelah Toba bersumpah, demikianlah mereka menikah.
Tidak lama setelah mereka menikah, Toba dan istrinya akhirnya mempunyai anak yang diberi nama Samosir. Samosir tumbuh besar menjadi anak yang manja, nakal bahkan sangat pemalas. Setiap kali ia disuruh mengantarkan nasi keladang, Samosir selalu menolak sehingga setiap harinya ibunya lah yang pergi mengantarkan nasi untuk makan suaminya Toba yang sedang berladang.
Suatu hari Samosir disuruh ibunya untuk mengantarkan nasi ke ladang. Walaupun pada awalnya ia menolak, tapi karena terus dibujuk akhirnya pergilah ia mengantarkan nasi itu dengan perasaan yang kesal. Ditengah jalan, Samosir memakan sebagian nasi dan lauknya, sementara ayahnya sudah menunggu dengan keadaan sangat lapar.
Tibalah Samosir di ladang, ayahnya yang sudah lama menunggu sangat legah melihat Samosir datang membawa nasi. Namun yang diterima oleh ayahnya adalah sisa-sisa makanan dari Samosir. Ayahnya pun sangat marah melihat yang diberikan kepadanya adalah sisa-sisa. Amarahnya makin memuncak ketika anaknya mengaku bahwa dia yang memakan sebagian besar dari nasinya itu. Kesabaran si ayah jadi hilang dan dia pukul anaknya sambil mengatakan: “Anak kurang ajar. Tidak tahu diuntung. Betul-betul kau anak keturunan perempuan jelmaan ikan!”
Kemudian Samosir berlari pulang menemui ibunya. Dengan tangisan ia menceritakan semuanya kepada sang ibu termasuk ucapan sercaan yang dilontarkan ayahnya. Mendengar pengakuan dari Samosir, ibunya kemudian mengingat sumpah yang telah dilanggar oleh suaminya Toba. Tanpa basa-basi ibunya menyuruh Samosir agar pergi ke bukit yang tidak jauh dari rumahnya dan memanjat pohon tertinggi yang terdapat di puncak bukit tersebut. Kemudian cuaca berubah menjadi mendung, petir kilat menyambar disertai bunyi guruh yang megelegar. Ibunya berlari ke sebuah sungai lalu melompat dan tiba-tiba berubah menjadi seekor ikan besar. Disaat yang sama sungai itu pun banjir besar dan turun hujan yang lebat.
Pak Toba yang masih berada diladang tidak sempat menyelamatkan diri karena air sungai sudah meluap kemana-mana. Ia tenggelam oleh genangan air. Lama-kelaman genangan air itu meluas hingga berubah menjadi danau yang kemudian hari orang-orang menyebutnya dengan danau Toba. Sementara pulau-pulau yang berada di tenga-tenagh danau tersebut diberi nama pulau Samosir.
Begitulah mitos asal mula danau Toba menurut cerita rakyat. Lalu bagaimana ilmuan mengungkap berdasarkan penelitian ilmiah terkait dana Toba?
Asal mula terbentuknya Danau Toba berdasarkan penelitian ilmiah
Berdasarkan pada hasil riset para peneliti, diketahui bahwa pada awalnya danau toba adalah gunung berapi yang mempunyai lempeng magma yang amat besar yang jika meletus akan menghasilkan ledakan yang sangat besar. Danau sedalam 505 meter ini terbentuk dari letusan gunung berapi supermasif yang terakhir kali meletus sekitar 74.000 tahun laluDari beberapa literatur yang terkonfirmasi, gunung toba telah meletus sebanyak tiga kali:
- Letusan pertama gunung Toba terjadi sekitar 800 ribu tahun yang lalu dan membentuk kaldera di selatan Danau Toba, meliputi daerah Porsea dan Prapat.
- Letusan kedua terjadi sekitar 500 ribu tahun yang lalu dan menghasilkan kaldera di utara Danau Toba, yaitu daerah antara Haranggaol dengan Silalahi.
- Gunung Toba terakhir meletus pada 74.000 tahun lalu. Letusan terakhir ini disebut-sebut sebagai letusan paling dahsyat dalam sejarah Dunia. Meskipun sama sekali tidak tercatat di dalam buku, namun bukti-bukti ilmiahnya bisa ditemukan di masa kini.
Para ilmuan memperkirakan bahwa letusan gunung Toba menghasilkan ledakan supervulkanik dengan skala sekitar 8.0 Volcanic Explosivity Index (VEI). Jika dibandingkan dengan ledakan bom nuklir di Hiroshima dan Nagasaki yang memiliki daya ledak 0,015 megaton TNT, dan letusan gunung Krakatau berdaya ledak 150 megaton TNT, letusan gunung Toba diperkirakan berdaya ledak 26000 megaton TNT dan mampu menghancurkan area Sumatra seluas sekitar 20.000 km2.
Letusan terakhir gunung Toba memuntahkan lebih dari 1000 kilometer kubik material letusan dengan ketingian letusannya mencapai 50 km. Material abunya menyebar ke seluruh atmosfer bumi hingga menutupi cahaya matahari yang masuk ke bumi selama beberapa tahun. Akibatnya temperatur bumi saat itu menjadi turun sampai 3-5 derajat celcius.
Selain menghasilkan tsunami yang besar, letusan gunung Toba juga mengakibatkan kematian masal manusia dan beberapa spesies mahluk hidup lainnya. Dari beberapa hasil penelitian oleh para ahli, letusan gunung ini diduga menyusutkan lebih dari 60% populasi manusia saat itu, yaitu sekitar 60 juta jiwa.
Dugaan ini didasarkan atas dua hal. Pertama, material abu yang jatuh ke seluruh dunia telah menimbun sebagian habitat manusia. Kedua, tidak adanya cahaya yang masuk menyebabkan tidak terjadinya fotosintesis tumbuhan. Hal ini berimbas pada langkanya bahan makanan sehingga mengakibatkan kelaparan dahsyat yang berujung pada kematian masal.
Setelah meletus, gunung ini membentuk kaldera yang kemudian terisi air dan akhirnya menjadi danau terbesar di dunia. Danau inilah yang kenal dengan nama Danau Toba.